Our Pict

Our Pict

Saturday, September 21, 2013

CHAPTER 1

Pagi yang cerah namun berembun dingin menyambut seorang gadis muda yang akan meninggalkan kota London, angin dingin berhembus menembus kulit dan serasa menusuk. Di penggiran kota Sulfolk , di sebuah rumah yang berukuran sedang dan nyaman yang di tempati seorang gadis berwajah oriental. Pagi tersebut mungkin jadi pagi yang menyibukkan dibanding pagi yang lainnya , beberapa tas dan koper yang lumayan besar ia keluarkan sambil menuliskan sesuatu dalam buku kecil berwana pink hitam .

“ Good  morning , Ki-chan ?? “ sapa seorang pemuda dari balik pagar rumah tetangganya .
“ Ah , morning ... Keito.” balasnya sambil tersenyum .
Ternyata pemuda tersebut adalah tetangganya , yah pemuda yang sudah biasa dengan logat London namun berwajah oriental sama seperti Yuki. Pagi  ini dia janji kepada Yuki untuk mengantar kepergiannya ke bandara karena hari ini Yuki berencana pulang ke jepang. Pemuda yang sudah bertetangga dengan Yuki ini bernama Okamoto Keito , dia sudah lama tinggal di Sufolk sejak ia masih kecil jadi wajar saja jika bahasa Inggrisnya sangat lancar dan bagus .
“ Siap untuk pulang ke tanah kelahiranmu ?? “ tanyanya .
“ Tentu saja. Aku lahir dan besar disana namun tiba tiba dikirim ke London apa itu tidak membuat ku shock ?? Tapi menurutku untuk ukuranmu itu sudah biasa kan ?? “ balasnya .
“ Hehe , kau ini. Awalnya aku juga shock , tapi perlahan jadi suatu kebiasaan ya kan ?? Ayo sini kubawakan kopermu yang seperti jangkar itu. Kau ingin pulang , tapi barangmu kau bawa semua. Apa kau berencana tidak kembali lagi kesini ? Bukankah lebih baik bawa barang yang penting dan inti saja Ki-chan ?.” tanya keito.
“ Yah , untuk seterusnya aku tak akan menetap lagi disini. Aku akan menetap di Jepang dengan keluargaku , lagipula masalah kaacan dan toucan sudah selesai kan. Waktunya pulang dan berkumpul lagi dengan mereka , aku sudah terlalu lelah memikirkan masalah mereka dan aku sudah berhasil ke.. London hehe hidup disini meyenangkan Keito. “ jawabnya .
“ Hmmm , kurasa jika aku punya waktu aku akan kesana Ki-chan .”
“ Tentu saja harus , kau lahir disana Keito. Pikirkan saudara jauhmu itu , buatlah karir atau apalah dan menetaplah di tanah airmu , begitu kan Keitoo ?? Hahahaha “ balasnya sambil tertawa lepas.
“ Hahaha , Ki-chan. Cara bicara mu itu seperti orangtua saja. Ayo berangkat nanti kau bisa ketinggalan pesawat .” jawab keito .
“ Iya iya , aku tau. Nanti salam yaa buat teman yang lain nya. “ rajuknya .
“ Iyaaa , itu harus. Agar mereka tak melupakan Ki-chan yang cerewet itu , kalau ketemu lagi harus tetap jadi Ki-chan yang seperti ini yaa ??” pinta keito

“ Hmmm , aku janji. Hahahaha “ balasnya .

Mereka berangkat menggunakan mobil milik ayah Keito. Perjalanan yang cukup singkat ke bandara membuat perbincangan mereka berdua serasa singkat sekali , tidak seperti hari hari biasanya yang dipenuhi ocehan panjang lebar Yuki bersama tawa khas Keito. Hari ini nampak suram dengan kepergian Yuki , mungkin itulah yang dirasakan Keito saat ini. Mengantar kepergian teman dekatnya selama 12 tahun di London untuk pulang kembali ke Jepang demi ayah dan ibunya , yang akan membuat hari hari Keito sepi tanpa ocehan cerita Yuki .
“ Nah kurasa itu pesawatmu. Hati hatilah di jalan , banyak banyak berdoa yaa Ki-chan .” sambil melambai melepas kepergian Yuki.
“ Iyaa , itu yang selalu aku lakukan kan kalau takut menghadapi sesuatu. Oh yaa , Keitoo senyumm yaaa. Kau harus tersenyum kalau aku tak ada disini. Daaah Keitooo , kau keren huu. Ahahahaha  “ teriaknya.
Tiga puluh detik pesawat Yuki lepas landas , Keito masih memandangi lapangan dimana pesawat Yuki berada. Setetes air mata keluar dari pelupuk mata keito , selama ini hanya Yukinlah yang mampu membuat Keito tersenyum dan tertawa lepas. Tanpa Yuki mungkin Keito akan kembali lagi jadi Keito yang biasa saja , hanya tersenyum sebentar kemudian diam , hanya tertawa sebentar kemudian diam. Hanya rasa sunyi yang Keito rasakan jika tak ada Yuki di dekatnya .
Gadis ceria yang setiap harinya selalu tersenyum , tertawa riang seperti tanpa ada beban ,bercerita dengan semangat bagaikan hari harinya adalah hari yang penuh dengan keajaiban. Rambutnya yang selalu dikuncir kebelakang yang akan protes kalau dilepas , wajahnya yang selalu memerah jika musim dingin tiba dan kebiasaannya membangunkan Keito jika belum bangun. Mungkin itulah sosok Yuki dimata Keito selama ini , seorang teman yang sangat dekat yang mengubah sifat Keito yang pendiam , cuek , dan tak tertarik oleh kegiatan diluar. Namun teman yang dikagumi dan disayangi Keito kini sudah pergi , pergi ke negara kelahirannya. Mungkin Keito dapat menemuinya namun tak akan seperti sebelumnya , melihatnya setiap hari.

Di pesawat....
“ Gomen Keito , aku ingin tinggal bersamamu. Tapi itu sulit dilakukan, Kaacan membutuhkan ku tapi aku juga tahu kau membutuhkanku , sekali lagi Gomen Keito.
Perasaan yang berkecamuk antara Keito dan Yuki , perasaan yang dimiliki masing masing diri namun tak ingin diketahui oleh sosok yang lain. Entah bagaimana menghapus rasa bersalah Yuki terhadap Keito , dia tak mungkin kembali lagi ke London menemui Keito sementara sang ibu sudah menunggu Yuki di Osaka. Rasa yang hadir antar mereka berdua , entah itu teman atau suka tapi mereka mengetahuinya hanya satu yang terjadi sulit untuk mengucapkannya dan mengakuinya. Bagi Yuki Keito adalah seseorang yang sangat menyenangkan , jika diajak bicara mengenai suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan ini , Keito adalah orang yng sangat bersahabat.
“ Bagiku Keito orang yang meyenangkan , hanya di picu sedikit dia bisa tertawa kok. Kalian jangan menganggap jika Keito itu seseorang yang cuek dan pendiam. Kemarin aku bicara panjang lebar dengan Keito , ya kann Keito ?? “ cecar Yuki pada keito.
“ Ki-chan , sudahlah. Biar saja mereka memeng mengenalku seperti itu , disekolah ataupun di klub aku memang selalu pendiam. Ayo pulang .. “ balas Keito.
“ Chigau yo Keito , image mu harus dirubah apakah kau mau terus dibilang orang yang tak pedulian ? “ tanya Yuki.
“ Boku wa daijoubu yo Ki-chan. Biarkan saja mereka menilai seperti itu , tapi kau tau kan aku tak seperti itu Ki-chan. Bagiku cukup Ki-chan saja yang tau aku bagaimana. “ jawab Keito.

“ Keito Gomen ne , suki da yo Kaito ..... “rintih Yuki dalam dingin nya udara malam.
Suara rintih kecilnya hampir tak terdengar dalam pesawat yang sunyi karena para penumpang sudah terlelap dalam gelapnya malam itu , 3 jam lagi Yuki sampai di bandara internasional Osaka. Entah siapa yang akan menjemput nya di bandara kakaknya , ibunya , ayahnya atau mungkin ia harus menuju ke rumahnya sendiri tanpa teman.

No comments:

Post a Comment